Wednesday, September 9, 2009

Cerita tentang doa seorang Bapa yang tua.

Seorang gadis mengundang Paderi Paroki untuk datang ke rumahnya mendoakan ayahnya yang sedang sakit. Pada waktu paderi tersebut datang, ia mendapati seorang Bapa tua yang sedang berbaring lemah di tempat tidur, dan sebuah kerusi kosong di depannya.

"Tentu anda telah menanti saya", kata si Paderi.
"Tidak, siapakah anda?", tanya bapa itu.

Paderi itu pun memperkenalkan diri dan berkata, "Saya melihat kerusi kosong ini, saya kira Bapa sudah tahu kalau saya akan datang."
"Oo, kerusi itu," kata si Bapa, "Mahukah anda menutup pintu bilik itu?" Sambil bertanya-tanya dalam hati, Paderi itu pun menutup pintu kamar.

"Saya mempunyai sebuah rahsia, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan anak perempuan tunggal saya pun tidak tahu," kata si Bapa.
"Seumur hidupku saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Di gereja saya pernah mendengarkan kotbah Paderi tentang bagaimana caranya berdoa, tapi semuanya itu berlalu begitu saja dari kepala saya." "Semua cara sudah saya cuba, tapi selalu gagal," seterusnya si Bapa, "Sampai pada suatu hari, tepatnya 4 tahun yang lalu, seorang sahabat karib saya mengajar suatu cara yang amat sederhana untuk dapat bercakap-cakap dengan Yesus."

"Dia mengajari saya begini : Duduklah di kerusi, letakkan sebuah kerusi kosong di depanmu, lalu bayangkan Yesus duduk di atas kerusi tersebut. Ini bukan hantuNya ya, kerana Ia telah berjanji "Akan senantiasa besertamu", kemudian berbicaralah biasa seperti halnya kamu sedang bercakap-cakap dengan saya saat ini."
"Saya pun mencuba cara yang diberikan teman saya itu, dan saya pun dapat menikmatinya. Setiap hari saya melakukannya sampai beberapa jam. Semuanya itu saya lakukan secara sembunyi-sembunyi, agar anak perempuan saya tidak menganggap saya gila kalau melihat saya bercakap-cakap dengan kerusi kosong." Si Paderi sangat tersentuh akan cerita Bapa itu, dan memberi dorongan agar si Bapa tetap melanjutkan kebiasaan berdoa tersebut. Setelah berdoa bersama,dan memberinya Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Paderi itu pun pulang.

Dua hari kemudian, si gadis memberitahu Paderi bahawa ayahnya telah meninggal tadi siang.
"Adakah ia meninggal dengan damai?" tanya si Paderi.
"Ya, waktu saya keluar untuk membeli beberapa keperluan ke kedai siang itu, ayah memanggil saya dan mengatakan bahwa ia sangat mencintai saya, lalu mencium kedua pipi saya. Satu jam kemudian, pada waktu saya pulang dari berbelanja, saya mendapati ayah sudah meninggal."
"Tapi ada suatu kejadian yang aneh waktu ayah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk diatas tempat tidur dengan kepala tersandar pada kerusi kosong yang ada di sebelah tempat tidur. Bagaimana pendapat Paderi?"
Sambil mengusap air matanya, Paderi itu pun berkata, "Saya berharap kita semua kelak dapat meninggal dengan cara itu."

No comments: